Gapuro Limo di Makam Sunan Ampel Jadi Ikon Religi dan Sejarah di Surabaya

Surabaya — Lima gapura paduraksa yang dikenal sebagai Gapuro Limo di komplek Makam Sunan Ampel diduga telah berdiri sejak abad ke-15, menurut sejarawan lokal M. Khotib Ismail. 

Khotib menyebut bahwa pembangunan gapura tersebut diperkirakan sudah berlangsung sekitar tahun 1530, meski tidak ada catatan pasti mengenai siapa yang mendirikan.  Selama proses pengecatan ulang gapura pada 2016, ditemukan tulisan Jawa kuno pada Gapuro Munggah yang kemudian dianalisis dan diyakini berasal dari abad ke-15, dengan angka saka yang menunjukkan tahun tersebut. 

Dari analisis relief gapura, Khotib dan tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan menduga bahwa arsitekturnya dipengaruhi gaya Majapahit, dengan ornamen Hindu-Buddha tetapi tanpa representasi binatang, melainkan motif seperti cengkeh. 

Meskipun identitas pembuat gapura belum terungkap secara pasti, Khotib mencurigai bahwa para santri Sunan Ampel dari Trowulan mungkin terlibat dalam pembangunannya. Ia juga menyatakan kemungkinan gapura tersebut dibangun atas perintah Sunan Ampel. 

Sementara itu, makna simbolik gapura-gapura ini sangat kental dengan nilai Islam. Berdasarkan penuturan Khotib, Gapuro Limo melambangkan lima rukun Islam, dan ukuran gapura semakin mengecil saat mendekati makam, yang mungkin menyiratkan gradien spiritual. 

Penelitian lebih lanjut, termasuk metode pengujian karbon, sedang dipertimbangkan untuk memastikan usia dan asal usul Gapuro Limo.