Jalani Puasa Sebelum Penjamasan Pusaka

Demak - Tradisi tahunan Grebeg Besar Demak kembali digelar meriah tahun ini. Ribuan warga tumpah ruah di sekitar Masjid Agung Demak untuk menyaksikan prosesi sakral penjamasan pusaka Sunan Kalijaga, yang menjadi puncak rangkaian acara.

Suasana semakin semarak dengan hadirnya 522 prajurit berbusana tradisional yang ikut mengawal prosesi. Jumlah itu bukan kebetulan, melainkan simbol usia Kabupaten Demak yang kini genap 522 tahun. Mereka mengiringi Lurah Tamtomo beserta perlengkapan jamasan dari Pendopo Kabupaten menuju Makam Sunan Kalijaga.

Dua pusaka peninggalan Sunan Kalijaga yang dijamas adalah Ageman Kotang Onto Kusumo dan Keris Kyai Carubuk. Penjamasan dilakukan tepat pada 10 Dzulhijah, sesuai wasiat Sunan Kalijaga agar pusaka tersebut dirawat dengan penuh penghormatan. Prosesi ini dipimpin oleh ahli waris Kadilangu, dibantu juru kunci dan panembahan.

Sebelum memasuki makam, rombongan terlebih dahulu membaca tahlil dan doa bersama. Pintu makam yang terkunci dibuka dengan tata cara khusus, bahkan juru kunci menaiki tangga dengan berjalan jongkok sambil melafalkan doa.

Menariknya, tim penjamas pusaka yang berjumlah tujuh orang diwajibkan berpuasa sejak 1 Dzulhijah hingga Tarwiyah dan Arafah. Hal ini menjadi simbol penyucian diri, agar hati tetap bersih dan terhindar dari perilaku yang merugikan.

Usai prosesi, tim penjamas keluar dari Gedung Kasunanan dan langsung disambut warga yang berebut ingin bersalaman. Masyarakat percaya, bersalaman dengan tim penjamas membawa keberuntungan dan menjadi bentuk ngalap berkah dari Sunan Kalijaga.

Lebih dari sekadar ritual, penjamasan pusaka mengandung pesan mendalam: membersihkan diri lahir batin. Tradisi ini mengingatkan masyarakat untuk menjaga hati, memperkuat iman, dan menghormati warisan budaya yang telah dijaga turun-temurun.